A.Pengertian
1.Pengertian Akhlak, Etika dan Moral
a.Pengertian Akhlak
Kata akhlah berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter) pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-khaym.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi perkerti, watak, dan tabiat.
Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi berkata, “ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”
Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan:
1.Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik
2.Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak
3.Pandangan akal tantang kebaikan dan keburukan.
Pengertian akhlak menurut istilah, Menurut imam Al-Ghozali “akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yag spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
b.Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti kebiasaan (perbiatan).netika adalah teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruknya. Etika memurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan baik dan perbuataan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
c.Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores. Kata Jama’ dari mos yang berarti adat kebiasaan. Menurut istilah moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia. Yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu.
B, Pengertian Tasawuf
1.Pengertian Tasawuf Secara lughawi
Secara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, seperti di bawah ini.
Pertama tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ا هل ا لصفة yang berarti sekelompk orang pada masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kedua tasawuf berasal dari kata shafa ( صفا ء) berarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.
Ketiga tasawuf berasal dari kata shaf ( صف)artinya orang-orang yang ketika shalat selalu berada di saf paling depan.
Keempat, istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani Shufah.
Kelima, tasawuf berasal dari kata saufi (سو فئ ) yang berarti kebijaksanaan.
Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab.
Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( صو ف) yang berarti bulu domba atau wol.
2.Pengertian tasawuf secara istilah
Pengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah.pada bingkai global, urgensi tasawuf yang disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah : “ barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.
Menurut Al-Junaid ai-Baghdadi mendefinisikan tasawuf sebagai berikut: “hendaknya kita berhubungan dengan al-Haqq tanpa perantara (wasilah)” dan dikitab lain dia juga mendefinisikan tasawuf adalah “hendaknya hidup dan matimu diserahkan kepada al-Haqq”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT dan mengikuti syari’at Rosulullah SAW dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhoan-Nya.
C.Dasar-Dasar Tasawuf Dalam Al-Qur’an dan Hadis
Kajian tentang tasawuf semakin banyak diminti orang. Sebagai bukti, misalnya, semakin banyaknya buku yang membahas tasawuf yang banyak kita temui telah mengisi berbagai perpustakan terutama di Negara-negara yang berpenduduk muslim, juga Negara-negara barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya adalah nonmuslim.
Tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf. Ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua kecenderungan, yaitu pertama karena kecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau naluriah;
Kedua, karena kecenderungan pada persoalan akademis. Kecenderungan pertaman mengisyaratkan bahwa manusia membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani. Kecenderungan kedua mengisyaratkan bahwa kajian tasawuf menarik untuk dikaji secara akademis-keilmuan.
Untuk melihat dasar-dasar tentang tasawuf, dalam kajian ini penulis akan mengetahkan landasan-landasan naqli dari tasawuf. Landasan naqli yang kami maksudkan adalah landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kami memandang perlu menyajikan kedua landasan ini karena Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang umat islam.
1.Landasan Al-Qur’an
Tasawuf pada awal pembentukannya adalah akhlak atau keagamaan, dan moral keagamaan ini banyak diatur dalm Al-Quran dan As-Sunnah. Jelaslah bahwa sumber pertamanya adalah ajaran-ajaran islam. Sebab tasawuf ditimba dari Al-Quran dan As-Sunnah, dan amalan-amalan serta ucpan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabt itu tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Quran dan As-Sunnah.
Al-Quran merupakan kitab Allah SWT. Yang di dalamnya terkandung muatan-muatan ajaran Islam, baik akidah , syariah, maupun muamalah .ketiga muatan tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran itu, di satu sisi memang perlu dipahami secara tektual-lahiriah, tetapi di sisi lain, ada juga yang perlu dipahami secara kontektual-rohaniah. Sebab jika dipahami hanya secara lahiriah, ayat-ayat Al-Quran akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan yang tidak dapat diterima secara psikis.
Secara umum. Ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yangcukup besar dari sumber ajaran Islam. Ak-Quran dam As-Sunnah, serta praktik kehidupan Nabi Muhammmad SAW dan para sahabatnya. Al-Quran antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahabbah ) dengan Tuhan. Hal itu misalnya difirmankan Allah SWT dalam Al-Quran.
Artinya: wahai orang-orang yang beriman ! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan merekanpun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya ), Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Ma’idah [5]:54)
Dalam Al-Quran, Allah SWT pun memerintahkan manusia agar senantiasa bertobat, membersihkan diri, dan memohon ampunnan kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya dari-Nya.
2.Landasan Hadits
Dalam hadis Rasulullah SAW banyak dijumpai keterangan yang berbicara tentang kehidupan rohaniah manusia. Berikut ini beberapa matan hadis yang dapat dipahami dengan pendekatan tasawuf.
Artinya “barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya”
Hadis ini di samping melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia, sekalipun mengisyaratkan arti bahwa manusia dan Tuhan adalah satu. Jadi barang siapa yang ingin mengenal Tuhan cukup mengenal dan merenungkan perihal dirinya sendiri.
Dasar-dasar tasawuf baik Al-Quran , Al-Hadis, maupun teladan dari para sahabat, ternyata merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan (maqomat) dan keadaan ( ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam Al-Qura, bahwa pertumbuhan pertamanya, tasawuf ternyata ditimba daro sumber Al-Quran.
D.Perbedaan dan Persamaan antara Akhlak, Etika, dan Moral
1.Persamaan Antara Akhlak, Etika, dan Moral
Ada beberapa persamaan antara akhlak, etika, dan moral, yaitu sebagai berikut:
a.Akhlak, etika, dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
b.Akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya.
c.Akhlak, etika, dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang.
2.Perbedaan Antara Akhlak, Etika, dan Moral
Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak yang bersifat universal dan bersumber dari ajaran Allah SWT. Sedangkan etika sendiri merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruknya.
E.Tujuan dan Manfaat Akhlak Tasawuf
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran islam. Ibadah-ibadah inti dalam islam juga memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia. Misalnya, shalat bertujuan mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela; zakat disamping bertujuan menyucikan harta juga bertujuan menyucikan diri dengan memupuk kepribadian mulia cara membantu sesama; puasa bertujuan mendidik diri untuk menahan diri dari berbagai syahwat. Dengan demikian, tujuan secara umum adalah membentuk kepribadian seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara lahiriyah maupun batiniah.
sumber:
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa. Surabaya: Temprina Media Grafika.
Tamrin, Dahlan. 2010. Tasawuf Irfani. Malang: UIN-Maliki Press.